Lebih
lanjut hadir teori baru tentang Multiple Intelligence yang menyatakan
bahwa setiap anak memiliki beberapa potensi kecerdasan. Kegiatan pendidikan
anak usia dini hendaknya memperhatikan kecerdasan atau potensi dalam diri anak
tersebut ketika anak sedang belajar tentang dunianya. Setiap kecerdasan dapat
dirangsang dengan cara yang berbeda.
Gardner
menggunakan kata kecerdasan (intelligence) sebagai pengganti kata bakat.
Ada sembilan kecerdasan yang diidentifikasi oleh Gardner yang disebut dengan
kecerdasan majemuk (multiple intelligences), yaitu:
1.
Kecerdasan Metematis (Logical Mathematical Intelligence).
Kecerdasan
ini merupakan suatu kemampuan untuk mendeteksi pola, berpikir deduktif, dan
berpikir logis. Kemampuan ini sering diasosiasikan dengan berpikir secara
ilmiah dan matematis.
Kecerdasan
logis-matematis terlihat dari ketertarikan anak mengolah hal-hal yang
berhubungan dengan matematika dan peristiwa ilmiah. Bedanya dengan kecerdasan
lain, kecerdasan ini mempunyai suatu komponen khas, yakni sebagai kepekaan dan
kemampuan untuk membedakan pola logika atau numerik, dan kemampuan menangani
rangkaian penalaran yang panjang. Ciri-ciri anak yang mempunyai kecerdasan ini
adalah ketika anak berusia 2-4 tahun senang sekali menghitung benda¬benda di
sekelilingnya. Bagi anak tersebut, lingkungan bisa dijadikan sebagai sarana
untuk belajar, misalnya dengan menghitung jumlah kuntum bunga di sebuah cabang
pohon di depan rumah.
2.
Kecerdasan ruang (Spatial Intelegence)
Anak
dengan kecerdasan spatial atau cenderung berpikir secara visual, kaya
dengan khayalan internal sehingga cenderung imajinatif dan kreatif. Mereka
mampu memanpulasi dan menciptakan gambar didalam pikiran mereka. Cirri-cirinya
sebagai berikut.
· Sangat senang bermain dengan bentuk
dan ruang (rancang bangun), seperti puzzle dan balok.
· Hafal sekali jalan yang pernah
dilewati. la akan protes kalau jalan yang dilewatinya berbeda. Tak jarang, ia
memandu pengemudi untuk melalui jalan yang dikenalnya.
· Tidak banyak bicara, melainkan lebih
aktif mengerjakan hal-hal yang berkaitan dengan abstraksi ruang seperti
mencoret-coret, mewarnai, bermain puzzle, menyusun balok, dan sebagainya.
Kegiatan ini jauh lebih diminati anak dibandingkan dengan minat verbalnya.
· Memiliki problem solving yang lebih
baik dibandingkan anak lain karena dia bisa membayangkan apa yang akan terjadi
setelahnya.
· Senang mengukur-ukur mana yang lebih
panjang dan pendek, besar dan kecil, atau jauh dan dekat dengan alat-alat
sederhana yang ditemukannya di rumah atau dengan anggota tubuhnya sendiri
seperti menjengkal atau melangkah.
· Bisa menangkap perkiraan atau jarak.
Jika berlari, ia bisa mengantisipasi diri dengan ruang hingga tak menabrak.
· Memiliki perhatian yang tinggi
terhadap detail, seperti gradasi atau ukuran yang sedikit berbeda, misal dua
benda yang sama persis hanya beda sekian milimeter.
· Pandai mempersepsi apa yang dia
lihat.
· Mudah membaca peta, grafik, dan
diagram.
· Suka seni; menggambar, melukis, dan
memahat
· Menyukai bacaan yang penuh
gambar-gambar ber-warna.
·
Senang merekam peristiwa/kejadian
dengan video kamera.
Cara
membangkitkan kecerdasan ini:
·
gunakan gambar dalam belajar.
·
buat coretan/simbol-simbol untuk
melambangkan sesuatu.
·
ajarkan ia peta pikiran.
3.
Kecerdasan Musikal (Musical Intelligence).
Anak
dengan kecerdasan musikal memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
·
Mudah mengenali dan menyanyikan
nada-nada.
·
Dapat mentransformasikan kata-kata
menjadi lagu dan menciptakan berbagai permainan musik.
·
Peka terhadap ritme, ketukan,
melodi, atau warna suara dalam sebuah komposisi musik.
·
Terlihat menikmati saat bermain
musik, suka bersenandung atau bernyanyi
·
Sangat suka mendengarkan lagu dan
musik, bahkan kesedihan akan berkurang di kala mendengarkan lagu atau musik.
·
Dapat menyebutkan dengan tepat kunci
nada saat mendengarkan musik.
·
Memiliki suara yang merdu.
·
Mampu mengingat syair dengan baik.
4.
Kecerdasan Gerak (Godly-kinesthetic Intelligence).
Anak
yang kecenderungan senang bergerak dan menyentuh. Mereka memiliki kontrol pada
gerakan, keseimbangan, ketangkasan, dan keanggunan dalam bergerak.
Karakteristik
anak yang cerdas secara kinestetik dapat diamati dengan mudah. Anak sangat
senang bergerak seperti berlari, berjalan, melompat, dan sebagainya di ruangan
yang bebas. Meski terkadang jatuh, tapi keadaan ini masih normal bila anak
berusia di bawah tiga tahun. Jangan batasi geraknya, karena memang fisiknya
sedang berkembang. Namun orangtua harus menjaganya agar tidak terjatuh.
Selain
itu anak yang cerdas kinestetik pada usia balita juga mampu melempar benda
secara terarah kira-kira sejauh satu meter, senang memanjat benda yang tinggi,
bermain di air, dan naik turun tangga. Anak mampu melompat dengan dua kaki
seperti lompat kodok. Kemampuan ini memerlukan keseimbangan tubuh dan biasanya
dikuasai anak usia 4-5 tahun. Ketika lagu diputar, tubuhnya bergerak harmonis
mengikuti irama musik. Senang aktivitas pura-pura (role playing) misalnya,
pura¬pura jadi kodok, bebek, menirukan orang menyetir mobil, atau memasak.
Tidak menyukai duduk dalam waktu yang lama. Ciri lainnya, anak dapat melepaskan
kaos, celana, dan kaos kaki sendiri. Juga bisa membangun jembatan dengan
menggunakan balok-balok tanpa terjatuh. Aktivitas ini melibatkan keterampilan
motorik halus, koordinasi visual motorik, dan keseimbangan. Ciri-cirinya
sebagai berikut.
· Terlihat tidak bisa diam, selalu
ingin melakukan sesuatu, bergerak-gerak aktif ketika duduk. Deteksi ini bisa
terlihat sejak bayi.
· Senang kegiatan fisik, seperti
melompat-lompat, olah raga atau permainan fisik, semisal kejar-kejaran,
bersepeda, gulat-gulatan, dan sebagainya.
· Anak perlu menyentuh objek yang
sedang dipelajari. Misal, guru menerangkan dengan alat peraga. Nah, si body
smart biasanya akan maju ke depan karena ingin menyentuh alat peraga tersebut.
· Terampil mengerjakan kerajinan
tangan seperti menjahit, membuat bentuk-bentuk dari lilin mainan, dan
sebagainya.
· Suka dan bisa menirukan
perilaku/gerakan orang lain dengan balk, misalnya meskipun hanya sekali
menyaksikan artis berlenggak-lenggok di layar kaca, anak sudah bisa
menirukannya.
· Suka bekerja dengan tanah liat,
melukis dengan tangan, atau bekerja dengan menggunakan anggota tubuh lainnya.
· Suka mengutak-atik benda yang
menarik baginya. Umpama, membongkar pasang mainan. Orangtua yang kurang
berpendidikan akan menganggap anak ini nakal karena suka merusak mainannya.
· Senang berolah raga.
· Resah jika tak melakukan apa-apa.
· Menyukai pelajaran olah raga.
· Belajar paling efektif dengan
bergerak.
Cara
membangkitkan kecerdasan ini:
· ajak ia bermain peran.
· gunakan gerak untuk belajar.
· padukan gerak dengan semua mata
pelajaran.
5.
Kecerdasan Alam (Naturalist Intelligence).
Anak
dengan kecerdasan alam memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
· Memiliki ketertarikan yang besar
terhadap alam sekitar. Mereka menyukai benda-benda dan cerita yang berkaitan
dengan peristiwa alam, misalnya terjadinya awan dan hujan, asal usul binatang,
pertumbuhan tanaman, hingga tata surya.
· Sangat tertarik dengan berbagai
kegiatan yang dilakukan di luar rumah. Begitu juga dengan sistem pembelajaran
di sekolah, dia lebih menyenangi aktivitas belajar yang dilakukan di luar
ruangan atau kelas dengan mengobservasi alam.
· Senang bermain di taman, kebun,
serta akrab dengan berbagai binatang peliharaan seperti kucing, kelinci, anjing
dan sebagainya.
· Sering mempertanyakan berbagai
gejala alam, entah itu mengenahi gempa, tsunami, dan sebagainya.
· Menyukai aktivitas berkemah, hiking,
memancing, dan kegiatan rekreasi lain yang berhubungan dengan alam, seperti
pantai, laut, hutan, dan sebagainya.
· Senang mengoleksi berbagai benda
dari alam, seperti kerang-kerangan, batu-batuan, dan sebagainya.
6.
Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence).
Kemampuan
untuk menjalin relasi sosial dengan orang lain. Anak dengan kecerdasan ini
mampu mengetahui dan menggunakan beragam cara pada saat berinteraksi, sehingga
tidak mengalami kesulitan untuk bekerja sama dengan orang lain. Mereka memiliki
empati, toleransi sehingga dapat merasakan perasaan, pikiran, tingkah laku, dan
harapan orang lain.
· Kecerdasan interpersonal datang dari
kemampuannya sendiri karena adanya kesadaran yang kuat. Ini dinamakan juga
sebagai kecerdasan sosial. Adapun ciri-ciri selengkap¬nya sebagai berikut.
· Memiliki empati. Anak memiliki
kemampuan memahami peasaan orang lain. Dia begitu peka dengan situasi dan
kondisi yang ada dan tahu tindakan dan sikap yang harus dilakukan pada
masing-masing kondisi, misalnya saat temannya sedih karena kehilangan boneka,
dia berusaha menghiburnya dengan meminjamkan boneka miliknya.
· Bersikap asertif. Saat orang lain
mencoba merampas haknya, dia tahu apa yang harus dilakukan. Dia bisa
mengemukakan kepentingan dan hak-haknya tanpa merugikan orang lain, I am OK you
are OK. Anak tidak pasif dengan selalu mengalah, tapi dia juga menjauhkan sikap
egois yang menempatkan semua keinginannya di tingkat tertinggi. Dia bisa
bertindak di antara ke dua sifat tersebut. Saat mobil mainannya direbut, dia
tidak diam atau menangis tetapi juga tidak langsung memukul si perebut,
melainkan berkata, Jangan ambil mainanku sembarangan. Kamu boleh memainkannya
setelah aku.”
· Bisa bekerja sama. Anak bisa
mengetahui dengan jelas mana yang menjadi tugasnya dan mana tugas orang lain.
Dia juga tak punya masalah hubungan dengan masing-masing anggota kelompok. Tak
jarang, kemampuannya bekerja sama membuat anak dipercaya memimpin kelompok
tersebut. Jiwa kepemimpinannya memang terlihat jelas. lnisiatifnya mengambil
keputusan sangatlah baik. Setelah memahami tugas yang diembannya, dia bisa
mengatur dan mengendalikan teman-temannya untuk mencapai suatu tujuan. Seperti
dalam permainan sepak bola, dia mampu mengatur para pemainnya agar memenangkan
pertandingan. Anak dengan kecerdasan ini mampu menempatkan sesorang. dalam
posisi yang tepat, misalnya saat diberi tugas mendirikan tenda di perkemahan,
dia bisa mengatur siapa yang memasang tali, menancapkan pondasi, memasang
tiang, dan sebagainya.
· Mediator dalam konflik. Jiwa
kepemimpinan yang dimiliki membuat anak lihai dalam menyelesaikan konflik
antarteman. Terlebih jika anak mengenal dengan jelas kedua belah pihak yang
bertentangan. Dengan kemampuan komunikasinya yang baik, dia bisa mengajak
keduanya untuk menyelesaikan masalah dengan keputusan saling menguntungkan.
· Gampang berteman. fleksibel, mudah
bergaul, dan tidak pilih-pilih teman. Dia tidak alergi pada teman atau orang
baru. Bahkan tak jarang, dia menganggap sosok yang baru dikenalnya tersebut
sebagai teman lama.
7.
Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence).
Anak
yang memiliki pemahaman dan kendali yang balk mengenai diri sendiri. Mereka
tahu apa yang didapat dan tidak dapat dilakukannya dalam lingkaran sosial.
Kecerdasan
intrapersonal merupakan kecerdasan yang dimiliki individu untuk mampu memahami
dirinya. Secara lebih sempit dapat diartikan merupakan kemampuan anak untuk mengenal
dan mengindentifikasi emosi, juga keinginannya. Selain itu anak juga mampu
memikirkan tindakan yang sebaiknya dilakukan dan memotivasi dirinya sendiri.
Meskipun anak dengan karakter ini dapat mengintropeksi diri serta memperbaiki
kekurangannya. Namun kadarnya dapat berbeda-beda. Anak dengan cerdas diri dapat
mengekspresikan perasaannya secara verbal juga melalui bahasa tubuh.
8.
Kecerdasan Spiritual (Spiritual Intelligence)
Kecerdasan
spiritual (spiritual intelligence) adalah kemampuan mengenal dan mencintai
ciptaan Tuhan. Kemampuan ini dapat dirangsang melalui penanaman nilai¬nilai
moral dan agama.
Ciri
anak yang memiliki kecerdasan spiritual yang menonjol adalah baik pada sesama
dan rajin menjalankan ibadah agamanya. Biasanya ini terlihat saat dia berinteraksi
dengan sesama dan lingkungannya, sikapnya ramah dan baik pada siapapun, tidak
pernah membuka aib (kejelekan, kekurangan, dan kekhilafan) orang lain, dan
mampu menangkap esensi dari agama yang dia anut.
Sumber : Artikel Anak, 2012